Bapak/Ibu/Sdr/I yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Laodikia adalah sebuah kota yang sangat kaya di Propinsi Asia pada masa para rasul. Kota ini terletak di antara Hierapolis dan Kolose. Di Hierapolis, terdapat mata air panas yang berkhasiat menyembuhkan. Aliran mata air ini mengalir ke Kolose, melewati Laodikia. Namun, ketika melewati Laodikia, airnya sudah suam-suam, tidak panas lagi tapi juga tidak dingin, orang yang meminum air ini akan menderita sakit perut. Kota ini terkenal akan perbankannya, wol hitam, sekolah kedokteran, serta produksi salep mata dan salep telinganya.
Dengan kondisi kota demikian, jemaat di Laodikia menjadi sombong dan Tuhan melihat bahwa kerohanian dari jemaat ini tidak berbeda dengan kualitas air yang melewati kota itu. Jemaat ini tidak terancam oleh ajaran sesat maupun penganiayaan seperti yang terjadi di jemaat yang lain. Bahkan mereka sangat diberkati melimpah secara finansial. Namun keadaan ini membuat ibadah mereka hanya sebuah rutinitas. Tidak ada kesungguhan dan penyerahan diri total kepada Allah ketika mereka beribadah.
Tuhan muak dengan situasi seperti ini dan hendak memuntahkan mereka. Karena itu, Tuhan memberikan 3 perintah bagi jemaat ini agar tidak dimuntahkan.
Pertama, Tuhan mengharuskan mereka untuk memperkaya diri dengan kekayaan rohani (ay. 18a). Matius 6:33 yang berbunyi, carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Ayat ini memiliki maksud yang sama dengan perintah pertama Tuhan kepada jemaat Laodikia. Kedua ayat ini menekankan pengenalan akan Allah melalui FirmanNya. Karena ketika seseorang tidak hanya fokus kepada materi, melainkan mencari kebenaran Firman Allah, maka ia akan tahan uji dalam setiap kondisi yang dihadapinya. Seperti pemazmur mengatakan bahwa orang yang kesukaannya adalah Taurat Tuhan akan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air dan segala yang diperbuatnya pasti berhasil. Ia akan memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan di sekelilingnya. Ia akan menjadi teladan bagi sekitarnya, sehingga melalui kehidupannya banyak orang akan mengenal Allah.
Kedua, Tuhan memerintahkan jemaat Laodikia untuk berjalan dalam kebenaran dan senantiasa hidup kudus (ay. 18b). Sebagai tubuh Kristus, jemaat –tidak hanya Laodikia, tapi juga kita di sini- harus hidup kudus, karena Allah kudus. Imamat 11:44 mengatakan, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.” Kekudusan adalah hal yang sangat penting bagi Allah. Ketika seseorang hidup kudus, ia merefleksikan Allah dalam dirinya. Ia menyatakan bahwa dirinya adalah milik Allah. Dan ia mempermalukan iblis.
Ketiga, Tuhan memerintahkan jemaat Laodikia untuk memiliki kepekaan terhadap kehendak Tuhan (ay. 18c). Jemaat Laodikia merasa puas dengan keadaan pada waktu itu dan merasa dirinya tidak kekurangan apapun. Mereka merasa tidak perlu lagi berdoa, tidak perlu ada kebangunan rohani, tidak perlu memperdalam ajaaran Alkitab. Mereka tidak dapat melihat pekerjaan Allah dan kehendak Allah dengan jelas. Karena itu pula Tuhan memerintahkan mereka untuk membeli salep dariNya. Agar mereka dapat melihat kembali dam memiliki kepekaan terhadap kehendak Allah. Ketika seseorang memiliki kepekaan terhadap kehendak Tuhan maka ia akan diterangi oleh Roh Kudus, sehingga ia tidak lagi hidup di dalam kegelapan. Ia akan menaati segala perintah Tuhan, ia akan dapat berlaku adil, serta akan mengetahui segala rahasia-rahasia Allah.
Ketiga perintah ini hanya dapat dilaksanakan jika kita intim dengan Allah. Perhatikan ayat 20. Di sini dikatakan bahwa, Allah akan masuk dan duduk makan bersama orang yang mendengar suaraNya dan membuka pintu bagiNya. Kata yang dipakai dalam ayat ini adalah “makan malam”, bukan sarapan dan bukan makan siang. Ini tentu saja memiliki makna sendiri. Baik dulu maupun sekarang, orang akan sarapan dan makan siang dengan waktu terbatas. Namun, dalam suasana makan malam itu terdapat persekutuan yang indah karena kita tidak diburu waktu karena banyaknya kegiatan dari pagi hingga sore hari. Orang bisa melakukan makan malam dengan waktu yang lebih panjang. Persekutuan inilah yang didambakan Yesus dari kita. Dalam suasana intim seperti ini kita bisa lebih memahami dan menikmati Yesus.
Seperti jemaat Laodikia, kitapun saat ini tidak menghadapi penyesatan maupun penganiayaan. Namun apakah kita mau suam-suam seperti Laodikia? Apakah kita mau dimuntahkan oleh Tuhan? Saya percaya tidak ada seorangpun yang mau. Oleh karena itu janganlah terlena dengan kenyamaan yang kita rasakan, melainkan carilah kekayaan rohani, hiduplah dalam kekudusan, dan berlatihlah untuk lebih peka terhadap kehendak Allah, dengan cara bergaul intim dengan Allah. Selamat intim dengan Allah, dan selamat terhindar dari keterlenaan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.